Virus flu burung (H5N1) merupakan momok tersendiri bagi masyarakat, sampai saat ini belum ditemukan cara efektif untuk menghentikan virus yang sudah mematikan banyak orang ini. Di Indonesia, upaya untuk menghentikan dilakukan dengan kerja keras, namun sampai kini virus itu tetap jadi ancaman nyata yang ditakuti banyak orang.
Untuk itu, upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran virus itu merupakan langkah yang lebih baik dibanding mengobati. Pencegahannya tidak hanya sebatas penggunaan vaksinasi flu burung pada unggas, melainkan juga dengan menggunakan desinfektan yang efektif mematikan virus flu burung (H5N1) di lingkungan peternakan, pemukiman, rumah sakit dan tempat umum lain seperti sekolah.
"Pencegahan penyebaran virus flu burung masih lebih efektif diband ingkan dengan cara mengobati, karena virus ini mudah bermutasi," kata ahli patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IP B) Agus Setiyono, Senin (12/5), dalam jumpa pers, di Hotel Ciputra, Jakarta. Salah satunya dengan mencuci peralatan dan menyemprot tempat yang berisiko terkontaminasi virus H5N1 dengan desinfektan, zat kimia yang membunuh dan menghambat multiplikasi mikroorganisme yaitu bakteri, protozoa, fungi dan virus.
Menurut Direktur Eksekutif Magna International Singapore, produsen sebuah produk desinfektan, Nelson Cheng , penggunaan desinfektan bisa membantu individu, rumah sakit dan peternak ayam untuk mengendalikan pandemi. Desinfektan jenis deterjen kationik diharapkan mampu memutus mata rantai penularan virus H5N1. Apalagi, kemasannya mudah dibawa bagi individu, cukup menyemprotkan, praktis dan efisien.
Agus menyatakan, setelah melalui beberapa uji laboratorium, desinfektan kategori deterjen kationik memang terbukti seratus persen efektif membunuh virus flu burung. Metode pengujian yang dilakukan adalah, pupukan virus H5N1 pada media telu r embrio tertunas (TET) yang diberikan desinfektan itu dengan konsentrasi seratus persen sebagai bahan obat yang diuji. Penyiapannya dilakukan dengan mengencerkan desinfektan itu yang perbandingannya 1 banding 1. Pengenceran dilakukan dengan H2O murni ditambahkan antibiotik.
Kemudian, dari setiap pengenceran ditambah dua mililiter pupukan virus H5N1. Setelah itu, campuran tersebut diinkubasikan selama 15 menit pada suhu 37 derajat celsius. Selanjutnya, campuran yang diinkubasi diambil sebanyak 0,2 mililiter untuk diinoklulasikan ke dalam TET yang berusia 11 hari melalui rute r uang alantois. Selanjutnya, semua pupukan itu dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37 derajat celsius, dan dilakukan pengamatan tiap hari dengan cara meneropong telur-telur itu.
Pengamatan dihentikan jika embrio pada TET telah mati. Selanjutnya, telur yang embrionya telah mati ini diambil cairan alantoisnya untuk dilakukan pemeriksaan rapid test dengan menggunakan serum standar AI. Hasilnya, desinfektan itu mampu membunuh vi rus H5N1 dengan konsentrasi seratus persen.
Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar