Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing.
Selasa, 30 Desember 2008
Berharap dalam Keraguan
Firman Utina melaksanakan tugasnya dengan baik. Tendangan kaki kanannya mengakhiri drama adu penalti melawan klub Ulsan Hyundai dari Korea Selatan.
Tiket final turnamen sepakbola Grand Royal Challenge di Myanmar pun direbut pasukan Benny Dollo itu. Partai semifinal yang berlangsung di Stadion Thuwunna Youth Training Center tersebut berujung dengan skor 4-3 setelah 0-0 di waktu laga normal.
Tim nasional tuan rumah, Myanmar, sudah menunggu di final setelah menyingkirkan tim muda Malaysia. Partai final berlangsung Jumat (21/11) dengan sikap yang penuh keraguan.
Disebut meragukan sebab di babak penyisihan Grup A, langkah Indonesia kurang mantap walau mengalahkan Bangladesh 2-0. Di partai berikutnya Bambang Pamungkas cs. malah harus keluar lapangan dengan kepala tunduk setelah kalah 1-2 dari Myanmar.
Dewi fortuna memang hinggap di ubun-ubun Markus Horison. Jaring kiper kita ini tiga kali gagal dijebol Pasukan Ginseng dari titik penalti. Satu melenceng ke sebelah kanan, satu membentur mistar, dan sekali berhasil diblok kiper asal Medan itu.
Menyaksikan laga Charis Yulianto dan kawan-kawan yang disiarkan secara langsung oleh RCTI belum memberikan rasa nyaman. Secara tim, para pemain belum dapat bekerja sama saat bertahan maupun menyerang. Masih sering terjadi kesalahan elementer seperti saat melepaskan umpan.
Boleh jadi memang ini akibat dari terbatasnya waktu bagi Benny menerapkan strategi. Para pemain, walau sudah memasuki fase profesional, secara fisik dan mental belum 100 persen. Liga kita masih belajar untuk bersikap pro.
Menyoroti sepakbola Indonesia membuat dahi kadang berkerut. Dengan alasan demi kepentingan nasional, kompetisi reguler dihentikan, terutama klub yang pemainnya dipanggil masuk tim nasional.
Jadwal kompetisi dengan jadwal tim nasional belum dapat diatur secara sinkron. Benturan kepentingan timnas dengan agenda rutin membuat beberapa klub berteriak. Cukup masuk akal sebab menghentikan sementara kompetisi berdampak pembengkakan biaya.
Sudah berulang kali persoalan ini dicarikan solusinya, tapi sejauh ini selalu terbentur jalan buntu. Apa boleh buat, agenda tim nasional mengakibatkan penghentian cukup lama.
Setelah turnamen di Myanmar, timnas masih akan melanjutkan pemusatan latihan. Ponaryo Astaman cs. tengah dipersiapkan mengejar target besar di pengujung tahun ini. Mereka akan terjun ke Piala AFF, yang akan berlangsung di Indonesia dan Thailand, 5-28 Desember.
Kompetisi reguler memang bertujuan untuk menciptakan kesebelasan nasional yang tangguh. Namun, jika kompetisi terbengkalai karena alasan kepentingan lebih tinggi, juga tidak relevan.
Pasti ada yang salah dari konsep antara AFC dengan konsep kita. Setidaknya tergambar dari pengaturan jadwal kompetisi lokal yang berbenturan dengan kalender AFC, dalam hal ini organisasi sepakbola Asia Tenggara.
Jika memang kita tunduk pada pemahaman bahwa kalender AFC maupun AFF lebih diprioritaskan, maka harus dicarikan solusi. BLI sebagai badan yang mengatur kompetisi lokal sedianya meninjau kembali jadwal agar sinkron dengan kalender FIFA, AFC, dan AFF.
***
Kembali berbicara soal tim asuhan Benny, yang menyandang tugas berat menjuarai Piala AFF. Dari penampilan di Myanmar, sejujurnya saya katakan masih sangat rapuh. Belum terlihat keistimewaan dari segala lini yang menjadi sumber optimisme.
Penampilan 2 x 45 menit ditambah 2 x 15 melawan Ulsan Hyundai membuat mata letih mengikuti jalannya pertandingan. Ismed Sofyan dan rekan-rekan seolah bosan bermain dan menunggu waktu segera berakhir. Tidak ada terobosan maupun kreasi brilian menjebol gawang lawan.
Sering terlihat para pemain salah dalam penguasaan bola sehingga mudah direbut musuh. Yang namanya team work juga belum menonjol. Akibatnya pemain seperti berlaga tanpa koordinasi apik.
Kalah dalam pertemuan pertama dari Myanmar ada catatan tersendiri. Ketika itu, Indonesia main dengan 10 orang setelah Muhammad Roby terkena kartu merah. Ada lagi alasan lainnya, pelatih menurunkan para pemain pelapis.
Bagaimana dong peluang di final?
Kadung sudah masuk ke partai akhir. Mau tidak mau, untuk mengangkat moral tim dan menumbuhkan rasa percaya diri, Benny bakal menurunkan semua pemain inti.
Walau demikian, pelatih tentu punya pemikiran tersendiri. Pelatih asal Bolaang Mongondow ini harus mempertimbangkan pencapaian target lebih tinggi, yaitu juara Piala AFF.
Piala AFF, yang dulu dinamai Piala Tiger, berlangsung sekali dua tahun. Kali ini Indonesia berada satu grup dengan juara bertahan Singapura, ditambah Myanmar dan Kamboja. Grup lain diikuti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Laos. Final berlangsung secara home and away pada 24 dan 28 Desember.
Banyak pelajaran yang dicatat Benny selama mengikuti turnamen di Myanmar. Semoga saja apa yang diperagakan para pemain di sana baru mencapai 75 persen dari kemampuan sesungguhnya.
Mengikuti turnamen secara penuh dapat menimbulkan dampak positif sekaligus negatif. Bisa jadi tenaga pemain terkuras atau sebaliknya, menuju titik kulminasi kemampuan ke target utama.
Apakah timnas kita ini berwarna buram atau cemerlang, masyarakatlah yang menjadi saksi.
written by Ian Sitomurang.
"seperti yang dimuat dalam BOLA-Tabloid Olahraga,edisi 02101108"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar