oleh Hasdi Putra
Kusentuh tombol laju keretaku
Menuju ke pemukiman orang-orang taubat
Kuberanjak untuk tanggalkan
Dosa-dosa yang t’lah lekat berkarat
Mari mengejar masa lalu. Bila masa itu mampu mengantarkan hari-hari depan yang lebih bercahaya. Mari kembali pada masa lalu. Menjemput masa-masa yang pernah ada. Mengutip kembali kenangan yang pernah singgah. Apalagi saat-saat bersama kebaikan. Ada momen-momen penuh keinsafan. Saat-saat Rabbul Izzati begitu terasa membersamai hari-hari.
Entahkah di sholat malam. Lewat bacaan alfatihah, jadilah kegelapan terbuka matanya. Dan surah-surah cinta di kelembutannya menyapa hati-hati tak berpenghuni. Hingga DIA saja. Ayat-ayat menghujani pipi di kedalaman air mata. Takkan rubuh rukuk ini selamanya, takkan rubuh. Seketika rukuk demi rukuk mengajarkan makna-maknanya. Mengejawantahlah sujud-sujud di atas sajadah cahaya. Dan berlayanganlah doa-doa dan pernyataan pasrah. Hingga ada oleh-oleh disinaran wajah. Kejar dan teruslah. Jelajahi lagi masa-masa itu. Kejar lagi. Terus dan teruslah.
Adalah tilawah qur’an penuh kesan, memahami pesan-pesan Ilahi. Kejar, dan kejarlah lagi. Terus dan teruslah. Mari mengejar masa lalu itu.
Setelah itu, sudahlah. Jangan hidup pada masa lalu. Tidak ada masa depan padanya. Apapun masa lalu, saatnya tatap tegak masa depan.
Hadirkan masa lalu; momen terindah, kenangan manis, pelajaran penuh hikmah, dalam episode hari ini. Bawa semangat masa lalu, untuk masa yang baru. Jika itu perlu. Tapi ingat, masa lalu tetap saja masa lalu. Ia bukanlah masa depan. Kejarlah masa lalu untuk bisa berlari lebih kencanglagi dalam ruang-ruang kebaikan. Sentuh kembali kereta itu. Kereta Taubat. Bila kereta itu kian lambat, saatnya berganti kereta. Bila mau dan sungguh, bukan hanya dengan kereta. Pesawat sepertinya lebih cepat.
Telah kupilih jalanku
Untuk tetap lurus dalam dien-Nya
Bersihkan diri entas jiwa
Dari kesesatan syathani
Tiada kata yang terucap kecuali Taubat
Kembali ke pangkuan fitri dalam naungan kasih Ilahi
Masa lalu yang suram kini tinggal kenangan
Jadi ibroh yang takkan terulang hingga ke haribaan
Takkan kubiarkan menetas
Menggunung dosa-dosaku
Tapi ‘kan kugulung bagai lembaran hitam
Yang rapuh terbakar api iman
Takkan kubiarkan kaki, jiwa dan raga ini
Terjerembab ke lumpur dosa
Untuk yang kedua kalinya
Walau hanya dalam setitik noda
Itu akan berarti
Sebuah permulaan yang besar
Yang kan berubah jadi kubangan
Atau lautan dosa yang hitam
Selamat tinggal masa lalu
Suatu masa yang kelabu
Masa yang bertaburkan kebodohan
Yang bernafaskan kejahiliyahan
Kan kutegakkan rumah taubatku
Dengan jalinan cinta Allah
Kan kuhias rumah taubatku
Dengan rangkaian sunnah Rasulullah
Comment:
Mengejar masa lalu berarti menyinggahi banyak kenangan.
Bila itu kebaikan maka bawa ia pada hari ini.
Perpanjang untuk masa-masa yang terus berdatangan.
Sekiranya itu adalah keburukan, kesalahan ataupun kemelimpahan penyesalan,
Setelah sebelumnya dikonversi menjadi kekuatan kebaikan
membalasi kekalahan beberapa masa silam
setelahnya, hadirkan ia kembali
dengan wajah yang lebih berarti
sesal itu biarlah pergi tak ingin menghampiri lagi
karena ia sudah berubah kini
berganti fragmen-fragmen bergizi
Itulah jawabannya ketika saya melihat blog seorang trainer, dosen sekaligus pembombing Etos Putera yang baru ini. Karena disana saya kasih comment di "Mengejar Masa Lalu" ketika banyak hal teringat buruk baiknya saya tempo dulu...
Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar