.::Wilujeung Sumping di Website Agus Muhar::.

Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing.

Nah...site ini pun tampil untuk menunjukkan bahwa kami ingin menambah khazanah keislaman dalam berkarya, walaupun hanya sebutir debu di padang pasir, tetapi akan sangat bermakna jika kita mendalaminya, Amin

Minggu, 22 Maret 2009

TRADISI PACU ITIK DI PAYAKUMBUH

Di Payakumbuh bukan hanya kuda yang berpacu, namun itik juga ikut berpacu. Lomba pacu itik ini dilaksanakan di 11 (sebelas) Gelanggang, 6 (enam) gelanggang di Payakumbuh, yaitu di; Aur Kuning, Sicincin, Ampangan, Tigo Baleh, Bodi dan Padang Alai, 5 (lima) Gelanggang di Kabupaten Limapuluh Kota.

Lomba pacu itik ini secara priodik di 11 Gelanggang tersebut dilakukan pada bulan April s/d Agustus, secara bergilir dilakukan di 11 Gelanggang tiap hari Sabtu dan Minggu. Namun untuk menggairahkan Pariwisata di Sumatera Barat sering seperti di Harau di Kabupaten Limapuluh Kota, Ngalau di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Solok sering mengundang anggota kelompok pacu itik untuk tampil pada even – even mereka.

Kelompok pacu itik ini tergabung dalam Persatuan Olahraga Pacu Itik (PORTI), hampir setiap sore bila tidak ada even pacu itik para anggota PORTI melatih itik – itik pacu di tiap – tiap Gelanggang.


SEJARAH PACU ITIK

Pacu itik lahir di kenagarian Aur Kuning, Sicincin di Kota Payakumbuh dan Padang Panjang di Kabupaten Limapuluh Kota. Sejarahnya masyarakat di 3 Kenagarian tadi merupakan masyarakat petani yang sawahnya berjenjang – jenjang Karen berada di perbukitan. Disamping bertani mereka juga memelihara itik yang di gembala di sawah. Ketika menghela itik dari atas ke bawah banyak dari itik – itik tersebut terbang laying kebawah, maka di cobalah melatih itik – itik tersebut untuk lomba anak nagari berupa pacu itik untuk menghilang kejemuan dalam bersawah.

Setiap tahun timbul inovasi dari masyarakat mencoba melatih itik itik mereka untuk terbang di daerah dataran dan berhasil. Sejak tahun 1927 maka berkembanglah tradisi pacu itik di 3 kenagarian tersebut, sampai saat ini terdapat 11 Gelanggang di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota.

Tidak semua itik bias di jadikan itik pacu, ada beberapa criteria itik yang bias dijadikan itik pacu yaitu ; Warna paruh dan kaki sama, Mata dengan alis jaraknya tipis, Leher pendek, Sayap elang tidak boleh berpilin tapi lurus mengarah ke atas, Gigi ganjil 7, 9 dst, Ujung jari ada sisik kecil, dan Badan panjang model jantung.


PERSATUAN OLAHRAGA PACU ITIK (PORTI)

PORTI di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota di Ketuai oleh Dt. Parmato Alam, sering juga di sebut sebagai ketua Round Bond. Anggota PORTI tersebar di 11 (sebelah) kenagariaan. Saat ini pembinaan Round Bond berada di Dinas yang menangani fungsi pariwisata di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota.

Dinas Pariwisata Kota Payakumbuh memberikan dana pembinaan Rp. 2,5 juta per Gelanggang dan Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota memberikan dana pembinaan Rp. 1 juta per gelanggang setiap tahunnya.

Harga 1 (satu) ekor itik pacu yang masih nol Rp 100.000,- dan yang telah jadi > Rp. 1 juta. Dengan banyaknya peminat itik pacu maka masyarakat di 3 kenagarian yang budaya itik pacu sudah mengakar mulai melakukan pembibitan. Merekapun siap untuk melatih para peminat itik pacu dari mana saja untuk dapat melatih itik untuk di jadikan itik pacu.

2 komentar:

AFRIZAL ARMAN mengatakan...

judul dan isi sama persis dengan disnak.sumbar.org. apa komentar anda

.:Ahlan Wa Sahlan::. mengatakan...

terimaksih sebelumnya atas commentnya,
memang artikel diatas saya kutip dari disnak, dan disana juga jelas sumbernya